Monday, February 4, 2019

GUNUNG SUMBING VIA BANARAN (SUMBING EAST ROUTE)




PENDAKIAN ENGKANG-ENGKENG DJARUM ADVENTURE CLUB

Menuju Basecamp Banaran
           Memasuki bulan Juli 2018 saya dan beberapa rekan blusukan menyiapkan rencana blusukan. Kebetulan ada beberapa list nama gunung yang ingin kami tuju sampai pada akhirnya setelah dipilah - pilah dan ditimbang - timbang terpilih untuk melakukan pendakian Gunung Sumbing Via Banaran (East Route bahasa bekenya 💂). Seperti biasa kami berkumpul dan intens berkomunikasi untuk membahas perlengkapan apa saja yang nantinya kita butuhkan. Hal ini tentunya penting bagi kita semua yang akan melakukan pendakian terlebih lagi kami pergi dengan 8 orang walaupun mendekati hari H salah satu teman mengundurkan diri dikarenakan sakit, entah itu sakit gigi atau sakit hati 💔 Hahahah.....Kami semua  merupakan karyawan yang tergabung dalam kelompok super adventure PT Djarum dimana kami adalah sekelompok orang dengan hobi yang sama. Perjalanan kami mulai dari Kudus dengan 2 armada sehingga bisa dibilang nyaman kerena lega. Dari Kudus kami start jam 18.30 WIB setelah berhenti untuk makan malam dan sekadar ngopi di minimarket kami tiba di Basecamp Sumbing Via Banaran pukul 23.15 diluar prediksi kami yang sempat terjebak kemacetan cukup parah di daerah Jambu Ambarawa. Untuk akses jalan menuju BC Banaran cukup mudah dan kendaraan roda 4 bahkan bus minipun bisa melaluinya mengingat ada rombongan dari Depok yang mencarter bus mini. Setibanya di BC kami disambut dan dipersilahkan istirahat oleh satgas BC tidak lupa layanan plus mereka yaitu langsung dihidangkan teh panas dan gratis 💖. Mantap dahhh pokoknya. Sebelumnya saya juga sudah berkomunikasi dengan salah satu satgas di BC tentang cuaca, kondisi jalan dan sebagainya. Alangkah baiknya kita mencari tahu kondisi mengenai tempat yang akan kita tuju entah itu bersumber internet atau bertanya langsung sebelum melakukan kegiatan tersebut. Waktu sudah mulai malam sehingga kami putuskan untuk istirahat dahulu.
          Pagi itu langit terlihat cerah beberapa pendaki juga sudah berdatangan, padahal semalam hanya ada rombongan kami di BC. Setelah sarapan dan packing jam 8 pagi kami mulai pendakian. Jangan lupa untuk regristasi dulu ya sobat super,  catat nomor telepon BC dan jika kalian membawa HT silahkan catat frekuensi BC. Awal perjalanan menuju Pos 0 disediakan ojek (tidak wajib) dengan tarif 20rb sekali jalan. Menurut saya pribadi memang cukup jauh melewati pedesaan dan perkebunan yang cukup menanjak dengan jalan bebatuan jika kita harus jalan kaki, dengan harga yang cukup terjangkau tersebut saya rasa cukup terbantu dan kita bisa berkontribusi untuk masyarakat sekitar. Setibanya di Pos 0 kami bertemu dengan petani yang memberi kami pisang cukup banyak untuk tambahan bekal pendakian. Ada juga petani yang bercerita tentang kondisi tembakaunya mengingat kami adalah rombongan perusahaan rokok. Sangat bersahabat dan ramah sekali. Sebelum memulai pendakian kami briefing dan berdoa dahulu. Hal ini wajib ya teman-teman untuk mengawali sagala aktivitas kita 😊.


Basecamp Gunung Sumbing Via Banaran

Pos 0 - Pos 1
        Mungkin awal perjalanan ini paling berat dan menguras tenaga ketika kita melalui jalur ini. Kita nantiakan bertemu escalator legend yang mesinya rusak ckckckck. Awal perjalanan akan disambut dengan hamparan ladang tembakau penduduk, setelah berjalan 20 menitan kita akan menemukan bangunan shelter yang diberi nama DongBanger kebetulan sumber air disini mati mengingat saat itu sedang musim kemarau. Perjalanan awal memang cukup berat karena kita masih perlu adaptasi langkah kaki, ritme nafas kita dan beban hidup 😭 upsss beban tas pundak kita maksudnya. Kami  disambut pendaki cewek asal Depok yang dapat jackpot (😭😥��😶 muntah2) di DongBanger hahahaha. Pelan tapi pasti kami terus berjalan dan semuanya masih diam membisu (nyari ritme langkah dan atur nafas masing2), yang suka ngebanyol masih pura2 jaim kalo kaya gini Hahahaha.  Hampir satu jam kami berjalan tibalah di Gerbang Pendakian Sumbing East Route ini (lha terus daritadi jalan apaan emangnya 😄). Eng ing eng.... setelah gerbang tersebut tibalah kita pada titik penghabisan Hahahaha. Eskalator legend sudah menyambut kami, tangga-tangga kayu yang tersusun rapi siap kami lahap.Terasa tak berujung dan masih jauh di pandangan (dalam hati hanya bisa bergumam kapan usai). Pukul 09.30 kami sampai di warkop Ganesari namun sayangnya warkop tersebut sedang tutup. Cukup luas sebenarnya warkop tersebut dan terkenal dengan aneka gorengan serta semangkanya. Disini kita bisa beristirahat, ada mushola kecil, kamar mandi, dan sumber air serta disini kami bertemu teman baru yang kebetulan berasal dari Kudus juga. Badan sudah penuh keringat dan pakaian mulai basah sehingga kami beristirahat sejenak dan melepas baju untuk sekadar dijemur. Lanjut perjalanan dan tangga kayu masih saja belum berlalu, bagi temen - temen akan lebih baik bila siap sedia pereda nyeri entah itu salep oles atau balsam ataupun minyak oles. Beberapa kali kami berpapasan dengan ibu-ibu penduduk setempat yang membawa kayu turun, salut luar biasa sekali 4 jempol untuk mereka rasanya beban hidup saya ehhhh beban tas saya tak seberapa bila dibandingkan dengan tumpukan kayu yang mereka bawa. Selalu sapa dan dahulukan mereka sob bagaimanapun juga kita adalah tamu dan alangkah lebih baiknya bila kita yang mengawali. Untuk berbuat baik kita tidak perlu melihat kapan, dimana, dengan siapa sob. Waktu menunjukan 10.15 dan kami telah tiba di Pos 1 Seklenteng. Disini ada shelter untuk berteduh. Kami memilih duduk santai bersandar di pepohonan sambil membuka beberapa bekal dan tidak lupa mata masih tertuju pada jalanan tangga di depan sana. (perjuangan belum berakhir kawan hosh...👊)
 
Pos 0 Merupakan Batas Ojek

Memasuki Gerbang Pendakian

                                  Warung Kopi                                     
                                    
Pos 1 - Pos 2
        Menuju Pos 2 jalan yang dilalui masih sama yaitu berupa tangga kayu yang tak berujung namun kami sudah terbiasa sepertinya dengan trek ini. Satu persatu anak tangga kami lahap. Kadang kami harus berhenti sejenak untuk sekadar meluruskan kaki yang mulai berasa jarem dan pegel - pegel. Tangga - tangga ini pasti belum seberapa bila dibandingkan dengan kehidupan rumah tangga besok (mensugesti diri sendiri). Sekitar 1 jam akhirnya kami tiba di Pos 2, disini ada shelter dan pohon besar yang rimbun dan akarnya banyak. Pos 2 ini bernama Iwel - iwel. Selama perjalanan awal ini rombongan kami masih kompak bersama dalam artian jarak antar personil tidak terlalu jauh dan masih bisa terlihat. Untuk antisipasi apabila berpisah antar personil ada baiknya dilengkapi dengan Handy Talkie atau dibagi siapa yang menjadi leader dan sweeper dalam barisan.

Pos 1

  Eskalator Legendaris

Pos 2 - Pos 3
         Meninggalkan Pos 2 jalanan tangga sudah tidak terlalu intens, vegetasi khas gunungpun sudah mulai memenuhi dikanan kiri. Pepohonan yang menghasilkan bunyi ketika tertiup angin suaranya sungguh menentramkan hati serasa terbius oleh alam tentunya sambil menghirup udaranya yang segar. Bagi saya pribadi hal-hal seperti inilah yang seolah-olah menjadi sirkulasi oksigen didalam tubuh setelah penuh dengan polusi dan rutinitas dikota. Setelah berjalan 90 menit kami tiba di Pos 3 Punthuk Barah dan disini juga terdapat shelter. Di belakang serta samping shelter terdapat tanah lapang untuk menampung 6-7 tenda. Kami putuskan untuk isoma disini sambil membuka kembali beberapa bekal yang ada, meregangkan kaki dan mengolesi dengan salep karena tadi kaki saya sempat kram dan cukup jarem. Mantap pokoknya sambutan demi sambutan Sumbing Via Banaran ini. 

Pos 3 Cukup Luas
Pos 3 - Pos 4
         Ketika tiba di Pos 3 ada 1 tenda kosong  yang sepertinya ditinggal summit pemiliknya waktu itu. Sebenarnya masih cukup jauh untuk menuju puncak jika kita akan mendirikan tenda disini. Sekitar 4-5 jam menuju Puncak Rajawali, cukup menyulitkan juga untuk melewati Watu Ondho ketika kondisi gelap. Jika memang kondisi masih memungkinkan akan lebih baik jika melanjutkan perjalanan menuju Pos 4 walaupun treknya cukup panjang namun sudah tidak ditemukan lagi eskalator - eskalator hehehe. Jalanan menuju Pos 4 terus menanjak dan ditemani  rimbunya pohon mandingan. Beberapa bebatuan juga terdapat dijalanan sehingga bagi pengguna sandal diharap lebih berhati-hati. Jangan lupa juga untuk memakai masker kalau perlu double mengingat ketika musim kemarau jalan di jalur Sumbing ini sangat berdebu atau nanti juga bisa kalian gunakan untuk mengantisipasi bau belerang jika ingin berfoto-foto di sekitar kawah dan ingat tetap harus hati-hati. Sedikit demi sedikit berjalan dan diselingi istirahat sejenak akhirnya rimbunya pohon mulai berkurang, vegetasi mulai terbuka tebing-tebing nampak di kejauhan sana, Watu Ondho yang merupakan pertanda dekat Pos 4 juga sudah kelihatan. Kami berhenti sejenak menunggu sambil komunikasi lewat HT dengan beberapa anggota dibelakang. Setelah dirasa semuanya siap kami kembali melanjutkan menuju Watu Ondho. Disini kita akan sedikit melakukan pemanjatan dimana ada 2 buah batu besar yang akan kita lewati. Sebenarnya dari Tim Basecamp sudah memberikan tali dan rantai permanen yang dikaitkan untuk pegangan para pendaki. Bagaimanapun juga kita harus tetap hati-hati saat memijakan kaki dan pegangan tangan apalagi membawa beban hidup 👀 eh maksudnya beban tas dipunggung. Mungkin inilah kenapa dinamakan Watu (Batu) Ondho (tangga). Di sebelah kiri memang jurang yang cukup dalam sehingga kita harus tetap waspada. Kita semua saling koordinasi dan saling membantu dengan pendaki lain juga agar bisa naik keatas. Usut punya usut salah satu dari anggota kami tidak diijinkan oleh istrinya setelah googling tentang jalur Banaran ini hehehe. Tidak sampai 10 menit berjalan kita sudah tiba di camp area Pos 4. Disini mampu menampung sekitar 20 tenda tetapi yang perlu diwaspadai adalah apabila terjadi badai mengingat  area ini sangat jarang pohon dan cukup terbuka. Kami tiba di Pos 4 ini pukul 15.30. Beberapa tenda sudah ada yang berdiri bahkan sejak kemarin. Kami langsung bergegas memasang tenda berhadapan dan flysheet kami bentangkan diantara tenda untuk ruang memasak di tengah. Setelah bongkar-bongkar, bersih-bersih dang ganti baju kami mulai memasak sambil nyemil beberapa perbekalan. Menu pertama kita hari ini ada nasi, sop, sosis, telur, tahu bakso, dan sarden. Untuk minumnya ada yang memilih kopi, susu, jahe. Tidak lupa buah juga tersaji di hidangan kami. Sungguh nikmat setelah seharian berjalan bergelimpangan hehehe. Pokoknya makan enak tidur enak Hahaha. Rasanya menu ini cukup bahkan lebih untuk memulihkan tenaga kami dan membuat tidur kami nyenyak. Beberapa anggota memilih tidur lebih awal sementara saya dan 2 kawan saya memilih bermain kartu dan bersantai dahulu. Jam 21.00 terdengar suara cukup rame diluar, ternyata rombongan dari Depok yang di awal tadi sempat bertemu baru sampai. Kamipun berinisiatif membantu mereka mendirikan tenda. Di sisi lain salah satu teman kami sulit tidur dan terasa pengap di tenda serta sedikit sesak nafas namun semuanya berangsur membaik dan akhirnya bisa tidur. Namun cukup disayangkan sekitar jam 1 ada rombongan yang dengan keras sekali memainkan speaker aktif dengan lagu remix yang menghentak. Sangat mengganggu pendaki lain tentunya apalagi jam-jam tersebut adalah jamnya istirahat. Kami harap hal buruk tersebut tidak ditiru oleh pendaki lainya.

Menaiki Watu Ondho

  Camping di Pos 4
Menuju Puncak Impian di Hati.........
           Sebenarnya malam itu saya kurang nyenyak tidur karena gangguan-gangguan diluar apalagi saya cukup sensitive dengan suara-suara ketika tidur. Dalam hati saya kalau tidak ada anggota yang bangun ngopyaki untuk summit saya sangat setuju dan lanjut tidur ahahaha. Pukul 02.00 teman-teman ternyata sudah bangun, memasak air dan roti bakar untuk asupan awal tenaga kami menuju summit pagi ini. Waktu menunjukan pukul 03.00. Persiapan selesai dan kami meninggalkan tenda serta beberapa barang bawaan. Jangan lupa untuk selalu membawa barang-barang yang penting/berharga jangan sampai teringgal di tenda untuk mewaspadai ulah tangan-tangan jahil. Setelah tertidur beberapa jam maka kita akan beradaptasi kembali melakukan perjalanan menuju puncak ini. Mengatur ritme langkah kaki dan nafas lagi di tengah dinginya pagi buta memang cukup berat karena kita juga melawan capek dan kantuk namun semuanya akan terasa ringan bila kita bisa selalu kompak. Trek menuju puncak tergolong cukup mudah dengan pijakan tanah yang empuk dan beberapa kali terdapat jalan datar (bonus). Angin malam itu juga tidak terlalu besar sehingga kehangatan kebersamaan kami mampu mengalahkan dinginya malam itu...Asyikkkk ahh...Setelah berjalan 1 jam lebih kami berada diantara tebing layaknya pintu masuk dimana didepan terlihat segoro wedhi yang lebih dikenal dengan padang sabananya yang luas. Tempat ini sangat indah hamparan sabananya menyihir siapa saja yang berada disana. Darisini nanti kita akan ambil arah kanan sedikit menaiki bukit kemudian akan sampai pada tanah datar dimana akan ada arah petunjuk jika tetap lurus menuju kawah belerang dan Puncak Butuh (Via Garung), jika kekanan Puncak Sejati (Via kaliangkrik) dan kekiri Puncak Rajawali dimana adalah puncak tertinggi 3371Mdpl. Kami sepakat memilih Puncak Rajawali, perjalanan waktu itu masih cukup gelap jadi tetap hati-hati karena beberapa jalan berupa bebatuan tebing. Jalan menuju Puncak Rajawali juga cukup terjal bahkan melewati celah sempit dimana samping kanan berhadapan langsung dengan jurang jadi tetaplah waspada dan komunikasi antar tim agar mudah koordinasi. Mendekati Puncak Rajawali kita akan dimanjakan dengan pemandangan Gunung Sindoro yang nampak gagah diseberangnya. Akhirnya sekitar pukul 06.00 kami sampai di Puncak Rajawali 3371 Mdpl. Seluruh anggota tim berhasil walaupun sempat satu kawan kami ingin berhenti melihat medan yang dilalui. Setelah diyakinkan oleh kawan-kawan akhirnya setuju lanjut dan hasilnya terbayarkan ketika semua berada di Puncak. Pemandangan yang sungguh luar biasa. Nikmat Tuhan yang tiada tara, anugerah alam untuk Indonesia. Kami berfoto bersama, mengganti bendera yang usang dan dicoret-coret serta melakukan penghormatan sebelum turun. Setelah puas menikmati dan berfoto kami putuskan turun pukul 07.15 dan tiba kembali di Camp area Pos 4 pukul 10.00.


Sunrise Puncak Rajawali
 
Puncak Rajawali

 
 Nampak Gunung Sindoro di Belakang

Jalan Turun Dari Puncak

Persimpangan Sebelum Puncak

Sabana dan Tebing di Sepanjang Jalan

Padang Sabana Segoro Wedhi

Padang Sabana Segoro Wedhi 

Samudera Awan

Pos 4 Lokasi Camping
Perjalanan Turun ke Basecamp
           Sebenarnya menu setelah turun dari puncak adalah soto namun sayang ketika turun tadi kami lupa untuk mengambil air di sumber air dekat Pos 4 😭. Sumber air ini mengharuskan kita naik sekitar 15 menit dari Camp area. Dikarenakan hanya tersisa air untuk minum ketika turun, akhirnya kami memilih packing dan mengganjal perut dengan beberapa camilan yang ada. Waktu menunjukan pukul 11.10 dan semuanya sudah berkemas. Perjalanan turun memang lebih cepat apabila dibandingkan dengan naik. Di beberapa trek debunya banyak berhamburan dan juga kami harus menuruni anak tangga yang merupakan ciri khas Sumbing Via Banaran ini. Kami tiba di Basecamp pukul 14.40 tentunya menggunakan jasa ojek ketika di Pos 0. Kita bisa kontak Basecamp untuk yang satu ini. Makan siang, mandi dan semuanya telah lengkap kami berdoa dan berpamitan dengan tim Basecamp. Perjalanan yang mengesankan menjadikan kenangan tersendiri bagi setiap anggota. Semuanya lancar dan selamat sampai akhir. Puji syukur Kehadirat Yang Maha Kuasa. Terimakasih kepada seluruh anggota tim yang solid, teman-teman BC Banaran, teman-teman pendaki yang sempat bertemu dan semuanya. Sampai jumpa diperjalanan berikutnya. Bagaimanapun juga keselamatan yang utama, keluarga kita selalu menunggu dirumah karena merekalah Puncak kebahagiaan sesungguhnya. Salam Lestari Jayalah Negeriku.

DAC Team

Estimasi Perjalanan
Regristrasi                                  : 10.000/orang
Jasa Ojek                                  : 20.000 sekali jalan tetapi jika memilih jalan kaki sekitar 2km
BC – Pos 0                               : 15 menit
Pos 0 – Pos 1                           : 120 menit
Pos 1 – Pos 2                           : 60 menit
Pos 2 – Pos 3                           : 90 menit
Pos 3 – Pos 4                           : 150 menit
Pos 4 – Puncak Rajawali          : 180 menit
Nb : Untuk yang lupa melengkapi perlengkapan/bekal logistik yang kurang di dekat BC tepatnya di warung Bu Siti cukup lengkap menyediakan kebutuhan pendaki.
Untuk yang ingin menggunakan transportasi umum bisa mencarter kendaraan/menghubungi BC karena akses angkutan dari jalan utama cukup terbatas

Edukasi & Kolaborasi Djarum Adventure Club bersama KMPA Ganesha ITB Dalam Penerapan Berkegiatan Alam (Part 2)

 Pendakian Puncak Natasangin Gunung Muria

         Sore itu dihiasi dengan rintik-rintik hujan. Akupun memilih tidur dan memaksakan mataku untuk terpejam berharap mampu memaksimalkan istirahat setelah seharian mengikuti agenda Djarum Adventure Club bersama KMPA Ganesha ITB. Semakin sore ternyata hujan semakin deras disertai beberapa petir terdengar bersahutan. Sebenarnya masih terasa kantuk, badanpun masih berat untuk meninggalkan kasur. Waktu sudah menunjukan pukul 16.00 dan itu tandanya kami harus bersiap. Kami adalah tim pioneer mungkin dari kata dasar “pion” yang berarti prajurit di depan yang harus maju terus pantang untuk mundur 👍. Dari beberapa pertemuan sebelumnya disepakati akan ada tim pioneer dengan jumlah 3 orang. Tim ini akan melakukan pendakian lebih awal dengan harapan mampu memberikan informasi medan jalan dan juga mengatasi beberapa hambatan yang ada di tengah jalan untuk memperlancar perjalanan tim keseluruhan nantinya. Tujuan pendakian kita kali ini adalah Puncak Natasangin di Gunung Muria. Beberapa titik treknya langsung bersebelahan dengan jurang, selain itu juga terdapat turunan yang cukup curam dan licin apalagi setelah diguyur hujan sehingga kami berfikir untuk memberikan tali sebagai pegangan. Hujan masih saja turun ketika saya mulai bergegas. Bermodalkan motor dan jas hujan kami janjian untuk berkumpul bersama disalah satu minimarket. Sementara untuk 62 peserta lain akan berangkat sekitar pukul 19.00 dan menggunakan mobil fasilitas perusahaan 😭. Setelah berkumpul kami mulai checking dan melengkapi beberapa hal yang belum ada. Hujan turun semakin deras namun hal tersebut tidak menyurutkan niat kami. Beruntungnya kami, di tengah-tengah perjalanan hujan telah berhenti seakan-akan doa kami langsung dikabulkan oleh Tuhan YME 🙇. Akan sangat sulit tentunya apabila hujan masih terus mengguyur sementara keseluruhan peserta mencapai 65 orang. Sekitar pukul 18.00 kami tiba di penitipan motor, kebetulan untuk Puncak Natasangin memang tidak memiliki basecamp. Akan lebih baik jika mulai dikelola masyarakat sekitar, selain sebagai pos registrasi basecamp juga mampu menjadi tambahan pendapatan daerah tersebut mengingat cukup banyak peminat yang mulai mendaki ke puncak ini. Dengan jalur naga yang legendaris sampai dijuluki “Raungnya Jawa Tengah” menjadi magnet tersendiri bagi Gunung yang tergolong mungil ini. Dengan ketinggian sekitar 1700 Mdpl (Wikipedia), kurang lebih membutuhkan waktu 3 jam untuk mencapai puncaknya. Untuk pendakian kali ini kami memilih jalur bebek untuk mencapai puncaknya karena alasan keamanan mengingat banyaknya peserta sehingga estimasi kami 4-5 jam perjalanan menunju puncak.

 Briefing Peserta di Lokasi Parkiran

 Salah Satu Kelompok Pendakian

      Selepas magrib kami memulai perjalanan pendakian sedangkan peserta lainnya sedang melakukan persiapan di kantor pusat PT Djarum Kudus. Banyak pendaki lain yang kami temui saat di parkiran, ada yang berasal dari Pati, Demak, Jepara dan Kudus sendiri. Waktu itu memang malam minggu sehingga banyak remaja yang memilih berakhir pekan di Gunung ini, selain dekat dengan daerah mereka, treknya juga tidak memerlukan waktu yang lama untuk mencapai puncak dan yang pasti tidak membutuhkan uang saku yang banyak untuk kesini hehe. Kami memulai perjalanan dengan pelan dan santai mengingat jalan juga cukup licin setelah diguyur hujan. Di sisi lain rombongan yang berpusat di Jalan A Yani 28 Kudus mulai memacu kendaraan mereka dengan membawa 2 buah bus mini dan 5 buah mobil innova. Melakukan perjalanan pendakian malam hari mempunyai keuntungan sendiri dibandingkan siang hari meskipun beberapa orang mempunyai pendapat dan pilihannya sendiri. Salah satu keuntungan mendaki malam hari adalah hilangnya panas sinar matahari yang membuat dahaga dan terik diganti dengan cahaya bulan terang yang menyinari langkah kita, sesekali bintang-bintang juga menampakan sinarnya dari kejauhan disaat cuaca cerah untuk menemani kita. Trek awal Puncak Natasangin ini berupa semen cor dan dibeberapa titiknya sudah berlumut apalagi ditambah guyuran hujan menyebabkan kami bertiga bergantian terpeleset. Kami berjalan pelan sambil mengatur nafas dan ritme langkah, berhenti cukup lama di Pos 2 dan Pos 3 serta mengaktifkan HT untuk berkomunikasi dengan rombongan dibawah. Kami tim pertama menargetkan 2,5 jam perjalanan dengan harapan nanti di Pondokan/Petilasan bisa bergantian istirahat. Menuju Pos 4 kami sudah melihat lampu-lampu senter berjalan dan mereka memang rombongan kami. Terlihat cukup banyak dan panjang. Sekitar 62 orang terbagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok berisi 10-11 anggota dengan 1 sebagai penanggung jawab kelompok. Masing-masing kelompok berjalan dengan jeda waktu 10 menit. Terlihat cukup rapi dan baik dalam pelaksanaan. Ini semua tidak lepas dari koordinasi bersama yang dilakukan antara Djarum Adventure Club dengan KMPA Ganesha ITB. Selain itu pada kegiatan sebelumnya di Gunung Ungaran juga menjadi salah satu bahan evaluasi kami. Akhirnya setelah berjalan kurang lebih 2,5 jam tim pioneer tiba di Petilasan dimana tempat ini akan dijadikan titik istirahat sebelum melakukan pendakian ke Puncak. Selain tempatnya yang luas, fasilitas yang cukup lengkap juga tersedia warung-warung yang beroperasi sehingga memudahkan kita untuk sekadar pesan minuman penghangat ataupun makanan pengisi perut. Warung-warung disini banyak yang buka saat akhir pekan. Terlebih lagi tanggal 1 Muharram banyak sekali peziarah yang naik ke Gunung ini sehingga semakin banyak warung yang buka. Selama perjalanan awal dari parkiran menuju Petilasan kami belum menemui kesulitan yang cukup berarti sehingga medan jalan masih tergolong aman dan lancar. Sesampainya di Petilasan 2 teman saya memilih melanjutkan istirahat dan tidur. Saya memilih ke warung untuk memesan minuman hangat dan sesekali berkomunikasi lewat HT sambil menunggu kelompok yang datang.

 Peserta beristirahat di Pos 3

         Waktu terus berjalan dan langit masih terlihat mendung gelap. Ada rasa kekhawatiran terhadap rekan-rekan yang masih dijalan, hujan bisa saja turun deras dalam sekejap. Cuaca hari itu memang tidak menentu terlebih lagi kami melakukan pendakian di bulan Desember dimana intensitas hujan cukup tinggi. Setelah menunggu cukup lama kelompok pertama mulai nampak, kulihat jam waktu itu pukul 22.45. Jarak antar kelompok ada yang dekat ada yang cukup jauh, masing-masing memiliki ketahanan fisik yang berbeda. Usia peserta juga bervariasi dari umur 20 sampai 40 tahun. Pukul 24.00 semua peserta telah sampai di Petilasan, setelah melakukan briefing sebentar kamipun beristirahat dan tidur bersama. Seketika para peserta memilih tempat masing-masing mencari posisi paling nyaman bagi mereka. Di area petilasan ini terdapat ruang untuk beristirahat/tidur yang mampu menampung ratusan orang. Namun tetap harus menjaga perilaku dan sopan santun kita, karena banyak diantarannya adalah peziarah yang memang sedang beristirahat ataupun tirakat. Sementara teman-teman yang lain tidur saya masih terjaga bersama 2 rekan yang lain. Kami memilih pergi kewarung untuk konfirmasi perihal pesanan nasi kami kemarin. Sebelumnya kami sudah memesan nasi terlebih dahulu sebanyak 75 bungkus disalah satu warung disini untuk agenda pendakian kali ini. Menunya cukup sederhana, rames dengan telur dilengkapi krupuk dan sambal. Harapan kami pesan nasi di warung atas agar ketika sarapan bersama nanti masih terasa nikmat dan tidak terlalu dingin. Malam semakin larut dan gerimis mulai turun kembali, kami lewati waktu dengan berbagi cerita kesana kemari, suhunya juga dingin sehingga membuatku harus bolak balik buang air kecil 😅. Matapun rasanya sudah mulai diserang kantuk, sekitar pukul 01.00 aku ikut tidur bersama rombongan. Cukup pulas kami semua tertidur di dalam area pondokan Petilasan. Beberapa kali aku sempat terbangun dan diluar terdengar hujan cukup deras, akan menyulitkan perjalanan kami dan tentunya cukup beresiko bila melanjutkan ke Puncak mengingat jumlah peserta yang banyak. Beruntungnya waktu itu, hujan mulai reda sekitar pukul 03.00. Kami semua telah bangun dan bersiap melanjutkan perjalanan. Setelah semua terbagi logistik beserta kelompoknya, rombongan dengan semangat melibas trek yang ada walaupun banyak jalan yang basah dan licin. Ada 2 jalur yang bisa digunakan yaitu jalur bebek dan jalur naga. Sesuai rencana awal kami akan melakukan pendakian lewat jalur bebek. Di tengah perjalanan menuju puncak 2 peserta menyatakan ketidaksanggupan untuk melanjutkan perjalanan. Beberapa anggota kami kemudian mengantarkan mereka kembali menuju pondokan. Setidaknya mereka bisa beristirahat dan banyak warung yang buka apabila membutuhkan minuman hangat. Setelah mengantarkan ke pondokan kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke puncak lagi, kali ini kami memilih jalur naga dengan asumsi akan sampai di puncak bersamaan dengan rombongan awal yang melalui jalur bebek. Jalur naga memang lebih cepat dibandingkan jalur bebek yang harus memutari bukit, namun jalur naga mempunyai trek yang cukup curam dengan lebar jalan yang tidak terlalu besar sementara disampingnya langsung bersebalahan dengan jurang. Dituntut konsentrasi dan kehati-hatian bagi pendaki yang melewatinya.

 Peserta Tidur di Pondokan

 Alas Karpetpun Sudah Cukup Nyaman

 Bersama Salah Satu Pemilik Warung

        Sebelum pukul 06.00 kami semua sudah tiba di puncak, baik itu lewat jalur bebek maupun jalur naga. Meskipun pada awalnya sempat berdebar ketika melewati jalur naga, namun akhirnya kami berempat sebagai orang terakhir dalam rombongan berhasil sampai puncak dengan selamat. Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa semua peserta berhasil sampai dipuncak tanpa hambatan yang cukup berarti dan juga atas nikmat cuaca yang begitu bersahabat sepanjang perjalanan menuju puncak mengingat semalam sempat diguyur hujan deras. Setelah duduk sejenak kami berdiri bersama untuk mengadakan upacara pengibaran Sang Merah Putih diiringi lagu Indonesia Raya. Sangat terasa khidmat sekali, seolah-olah perjuangan kami melewati hujan, dingin, medan jalan yang licin dan menanjak serta rintangan yang lain terbayar dengan indahnya puncak, kebersamaan, dan juga semangat nasionalisme yang tentunya menguras emosianal masing-masing peserta. Setidaknya semangat Nasionalisme dan Persatuan itu tergambarkan dalam diri DAC maupun Ganesha ITB dimana kami semua berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Acara kami lanjutkan dengan sarapan nasi bungkus yang telah kami pesan tadi malam. Lauknya ada telur, kering tempe, sayur rames, sambal dan kerupuk, sangat nikmat sekali makan bersama pagi itu apalagi berada langsung di alam terbuka. Lumayan lama kami bersantai di puncak, mulai dari ngobrol bersama, berfoto ria, dan juga pelepasan beberapa burung. Pukul 07.00 kami memutuskan untuk turun sesuai jadwal, selain tidak terlalu molor teman-teman dari ITB juga tidak terlalu malam saat pulang menuju Bandung. Tidak lupa sampah-sampah yang berserakan kami bawa turun kembali. Kebersihan dan menjaga kelestarian alam menjadi salah satu hal penting yang selalu kami tekankan kepada anggota DAC dimanapun berada terutama saat melakukan pendakian. Perjalanan turun kami lalui dengan lancar walaupun ada sedikit kejadian ketika salah satu rekan kami mengalami sesak nafas namun dengan sigap tim first aid memberikan pertolongan berupa tabung oksigen portable dan kemudian berangsur membaik. Selama perjalanan turun kami sering berkomunikasi melalui HT untuk menanyakan posisi dan keadaan anggota. Sekitar pukul 13.00 rombongan terakhir sampai di parkiran ditemani gerimis kembali. Beberapa rombongan terdepan sudah kembali menuju GOR Jati PT Djarum untuk sekadar bersih-bersih ataupun mandi.
Pengibaran Bendera di Puncak

Sarapan Bersama DAC & KMPA Ganesha ITB di Puncak

KMPA Ganesha ITB

KMPA Ganesha ITB

Djarum Adventure Club

        Sesampainya di GOR Jati Kudus kami disambut beberapa rekan yang sudah menunggu. Agenda kali ini adalah ramah tamah dengan rekan Ganesha ITB. Sambil menikmati hidangan yang disajikan kami tertawa, ngobrol, melepas lelah bersama setelah rangkaian acara yang cukup panjang dimulai dari sabtu pagi dan berakhir menjelang minggu sore. Sore itu tersaji soto dan juga lontong tahu di depan kami dimana keduanya merupakan makanan khas Kudus. Di sela-sela makan perwakilan dari manajemen PT Djarum mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada semua peserta atas kelancaran dan keberhasilanya. Acara dilanjutkan dengan sambutan dari Pembina DAC setelah itu kesan-kesan dari rekan Ganesha ITB atas acara ini. Menemani akhir acara diputar video tentang Djarum Adventure Club, dimana didalamnya berisi sejarah berdiri, kemudian beberapa perjalanan pendakian anggota dan kegiatan pelestarian lainnya. Sekitar pukul 15.00 bus yang akan membawa mereka menuju Bandung telah siap. Sesi foto di depan pintu utama GOR Jati PT Djarum menjadi akhir kebersamaan kami kali ini. Semoga kebersamaan ini akan terus berlanjut sampai esok. Momen dan kebersamaan yang telah kita lewati bersama diharapkan mampu menjadi ikatan yang kuat dalam menjalin persaudaraan. Akhir kata terima kasih banyak untuk rekan-rekan DAC dan KMPA Ganesha ITB. Sampai jumpa kembali di lain kesempatan. Salam Sobat Super....

 Menikmati Hidangan Khas Kudus

 Jajaran Penggedhe 😃 (badanya gedhe-gedhe)

 Ramah Tamah di GOR Jati Kudus

 Foto Bersama di GOR Djarum Jati

DAC’S CAMP LET’S GO

     Berbagi & Bersuka Cita Bersama       Pada kesempatan ini kita akan flashback 9 bulan kebelakang, dimana salah satu progam...