Pendakian Puncak Natasangin Gunung Muria
Sore
itu dihiasi dengan rintik-rintik hujan. Akupun memilih tidur dan memaksakan
mataku untuk terpejam berharap mampu memaksimalkan istirahat setelah seharian
mengikuti agenda Djarum Adventure Club bersama KMPA Ganesha ITB. Semakin sore
ternyata hujan semakin deras disertai beberapa petir terdengar bersahutan.
Sebenarnya masih terasa kantuk, badanpun masih berat untuk meninggalkan kasur.
Waktu sudah menunjukan pukul 16.00 dan itu tandanya kami harus bersiap. Kami
adalah tim pioneer mungkin dari kata
dasar “pion” yang berarti prajurit di depan yang harus maju terus pantang untuk
mundur 👍. Dari beberapa pertemuan sebelumnya disepakati akan ada tim pioneer dengan jumlah 3 orang. Tim ini
akan melakukan pendakian lebih awal dengan harapan mampu memberikan informasi
medan jalan dan juga mengatasi beberapa hambatan yang ada di tengah jalan untuk
memperlancar perjalanan tim keseluruhan nantinya. Tujuan pendakian kita kali
ini adalah Puncak Natasangin di Gunung Muria. Beberapa titik treknya langsung
bersebelahan dengan jurang, selain itu juga terdapat turunan yang cukup curam dan
licin apalagi setelah diguyur hujan sehingga kami berfikir untuk memberikan
tali sebagai pegangan. Hujan masih saja turun ketika saya mulai bergegas.
Bermodalkan motor dan jas hujan kami janjian untuk berkumpul bersama disalah
satu minimarket. Sementara untuk 62 peserta lain akan berangkat sekitar pukul
19.00 dan menggunakan mobil fasilitas perusahaan 😭.
Setelah berkumpul kami mulai checking
dan melengkapi beberapa hal yang belum ada. Hujan turun semakin deras namun hal
tersebut tidak menyurutkan niat kami. Beruntungnya kami, di tengah-tengah
perjalanan hujan telah berhenti seakan-akan doa kami langsung dikabulkan oleh
Tuhan YME 🙇. Akan sangat sulit tentunya apabila hujan masih terus mengguyur
sementara keseluruhan peserta mencapai 65 orang. Sekitar pukul 18.00 kami tiba
di penitipan motor, kebetulan untuk Puncak Natasangin memang tidak memiliki
basecamp. Akan lebih baik jika mulai dikelola masyarakat sekitar, selain
sebagai pos registrasi basecamp juga mampu menjadi tambahan pendapatan daerah
tersebut mengingat cukup banyak peminat yang mulai mendaki ke puncak ini.
Dengan jalur naga yang legendaris sampai dijuluki “Raungnya Jawa Tengah”
menjadi magnet tersendiri bagi Gunung yang tergolong mungil ini. Dengan
ketinggian sekitar 1700 Mdpl (Wikipedia), kurang lebih membutuhkan waktu 3 jam
untuk mencapai puncaknya. Untuk pendakian kali ini kami memilih jalur bebek
untuk mencapai puncaknya karena alasan keamanan mengingat banyaknya peserta
sehingga estimasi kami 4-5 jam perjalanan menunju puncak.
Briefing Peserta di Lokasi Parkiran
Salah Satu Kelompok Pendakian
Selepas magrib kami memulai
perjalanan pendakian sedangkan peserta lainnya sedang melakukan persiapan di
kantor pusat PT Djarum Kudus. Banyak pendaki lain yang kami temui saat di
parkiran, ada yang berasal dari Pati, Demak, Jepara dan Kudus sendiri. Waktu
itu memang malam minggu sehingga banyak remaja yang memilih berakhir pekan di
Gunung ini, selain dekat dengan daerah mereka, treknya juga tidak memerlukan
waktu yang lama untuk mencapai puncak dan yang pasti tidak membutuhkan uang
saku yang banyak untuk kesini hehe. Kami memulai perjalanan dengan pelan dan
santai mengingat jalan juga cukup licin setelah diguyur hujan. Di sisi lain
rombongan yang berpusat di Jalan A Yani 28 Kudus mulai memacu kendaraan mereka
dengan membawa 2 buah bus mini dan 5 buah mobil innova. Melakukan perjalanan
pendakian malam hari mempunyai keuntungan sendiri dibandingkan siang hari
meskipun beberapa orang mempunyai pendapat dan pilihannya sendiri. Salah satu
keuntungan mendaki malam hari adalah hilangnya panas sinar matahari yang
membuat dahaga dan terik diganti dengan cahaya bulan terang yang menyinari
langkah kita, sesekali bintang-bintang juga menampakan sinarnya dari kejauhan
disaat cuaca cerah untuk menemani kita. Trek awal Puncak Natasangin ini berupa
semen cor dan dibeberapa titiknya sudah berlumut apalagi ditambah guyuran hujan
menyebabkan kami bertiga bergantian terpeleset. Kami berjalan pelan sambil
mengatur nafas dan ritme langkah, berhenti cukup lama di Pos 2 dan Pos 3 serta
mengaktifkan HT untuk berkomunikasi dengan rombongan dibawah. Kami tim pertama
menargetkan 2,5 jam perjalanan dengan harapan nanti di Pondokan/Petilasan bisa
bergantian istirahat. Menuju Pos 4 kami sudah melihat lampu-lampu senter berjalan
dan mereka memang rombongan kami. Terlihat cukup banyak dan panjang. Sekitar 62
orang terbagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok berisi 10-11 anggota
dengan 1 sebagai penanggung jawab kelompok. Masing-masing kelompok berjalan
dengan jeda waktu 10 menit. Terlihat cukup rapi dan baik dalam pelaksanaan. Ini
semua tidak lepas dari koordinasi bersama yang dilakukan antara Djarum
Adventure Club dengan KMPA Ganesha ITB. Selain itu pada kegiatan sebelumnya di
Gunung Ungaran juga menjadi salah satu bahan evaluasi kami. Akhirnya setelah
berjalan kurang lebih 2,5 jam tim pioneer tiba di Petilasan dimana tempat ini akan
dijadikan titik istirahat sebelum melakukan pendakian ke Puncak. Selain
tempatnya yang luas, fasilitas yang cukup lengkap juga tersedia warung-warung
yang beroperasi sehingga memudahkan kita untuk sekadar pesan minuman penghangat
ataupun makanan pengisi perut. Warung-warung disini banyak yang buka saat akhir
pekan. Terlebih lagi tanggal 1 Muharram banyak sekali peziarah yang naik ke
Gunung ini sehingga semakin banyak warung yang buka. Selama perjalanan awal
dari parkiran menuju Petilasan kami belum menemui kesulitan yang cukup berarti
sehingga medan jalan masih tergolong aman dan lancar. Sesampainya di Petilasan
2 teman saya memilih melanjutkan istirahat dan tidur. Saya memilih ke warung
untuk memesan minuman hangat dan sesekali berkomunikasi lewat HT sambil
menunggu kelompok yang datang.
Peserta beristirahat di Pos 3
Waktu terus berjalan dan langit
masih terlihat mendung gelap. Ada rasa kekhawatiran terhadap rekan-rekan yang
masih dijalan, hujan bisa saja turun deras dalam sekejap. Cuaca hari itu memang
tidak menentu terlebih lagi kami melakukan pendakian di bulan Desember dimana
intensitas hujan cukup tinggi. Setelah menunggu cukup lama kelompok pertama
mulai nampak, kulihat jam waktu itu pukul 22.45. Jarak antar kelompok ada yang
dekat ada yang cukup jauh, masing-masing memiliki ketahanan fisik yang berbeda.
Usia peserta juga bervariasi dari umur 20 sampai 40 tahun. Pukul 24.00 semua
peserta telah sampai di Petilasan, setelah melakukan briefing sebentar kamipun beristirahat dan tidur bersama. Seketika para
peserta memilih tempat masing-masing mencari posisi paling nyaman bagi mereka.
Di area petilasan ini terdapat ruang untuk beristirahat/tidur yang mampu
menampung ratusan orang. Namun tetap harus menjaga perilaku dan sopan santun
kita, karena banyak diantarannya adalah peziarah yang memang sedang
beristirahat ataupun tirakat. Sementara teman-teman yang lain tidur saya masih
terjaga bersama 2 rekan yang lain. Kami memilih pergi kewarung untuk konfirmasi
perihal pesanan nasi kami kemarin. Sebelumnya kami sudah memesan nasi terlebih
dahulu sebanyak 75 bungkus disalah satu warung disini untuk agenda pendakian
kali ini. Menunya cukup sederhana, rames dengan telur dilengkapi krupuk dan
sambal. Harapan kami pesan nasi di warung atas agar ketika sarapan
bersama nanti masih terasa nikmat dan tidak terlalu dingin. Malam semakin larut
dan gerimis mulai turun kembali, kami lewati waktu dengan berbagi cerita kesana
kemari, suhunya juga dingin sehingga membuatku harus bolak balik buang air
kecil 😅. Matapun rasanya sudah mulai diserang kantuk, sekitar pukul 01.00 aku
ikut tidur bersama rombongan. Cukup pulas kami semua tertidur di dalam area
pondokan Petilasan. Beberapa kali aku sempat terbangun dan diluar terdengar
hujan cukup deras, akan menyulitkan perjalanan kami dan tentunya cukup beresiko
bila melanjutkan ke Puncak mengingat jumlah peserta yang banyak. Beruntungnya
waktu itu, hujan mulai reda sekitar pukul 03.00. Kami semua telah bangun dan
bersiap melanjutkan perjalanan. Setelah semua terbagi logistik beserta
kelompoknya, rombongan dengan semangat melibas trek yang ada walaupun banyak
jalan yang basah dan licin. Ada 2 jalur yang bisa digunakan yaitu jalur bebek
dan jalur naga. Sesuai rencana awal kami akan melakukan pendakian lewat jalur bebek. Di tengah perjalanan menuju puncak 2 peserta menyatakan
ketidaksanggupan untuk melanjutkan perjalanan. Beberapa anggota kami kemudian
mengantarkan mereka kembali menuju pondokan. Setidaknya mereka bisa
beristirahat dan banyak warung yang buka apabila membutuhkan minuman hangat.
Setelah mengantarkan ke pondokan kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan
ke puncak lagi, kali ini kami memilih jalur naga dengan asumsi akan sampai di
puncak bersamaan dengan rombongan awal yang melalui jalur bebek. Jalur naga
memang lebih cepat dibandingkan jalur bebek yang harus memutari bukit, namun jalur
naga mempunyai trek yang cukup curam dengan lebar jalan yang tidak terlalu
besar sementara disampingnya langsung bersebalahan dengan jurang. Dituntut
konsentrasi dan kehati-hatian bagi pendaki yang melewatinya.
Peserta Tidur di Pondokan
Alas Karpetpun Sudah Cukup Nyaman
Bersama Salah Satu Pemilik Warung
Sebelum pukul 06.00 kami semua
sudah tiba di puncak, baik itu lewat jalur bebek maupun jalur naga. Meskipun
pada awalnya sempat berdebar ketika melewati jalur naga, namun akhirnya kami
berempat sebagai orang terakhir dalam rombongan berhasil sampai puncak dengan
selamat. Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa semua peserta berhasil
sampai dipuncak tanpa hambatan yang cukup berarti dan juga atas nikmat cuaca
yang begitu bersahabat sepanjang perjalanan menuju puncak mengingat semalam
sempat diguyur hujan deras. Setelah duduk sejenak kami berdiri bersama untuk
mengadakan upacara pengibaran Sang Merah Putih diiringi lagu Indonesia
Raya. Sangat terasa khidmat sekali, seolah-olah perjuangan kami melewati hujan,
dingin, medan jalan yang licin dan menanjak serta rintangan yang lain terbayar
dengan indahnya puncak, kebersamaan, dan juga semangat nasionalisme yang
tentunya menguras emosianal masing-masing peserta. Setidaknya semangat
Nasionalisme dan Persatuan itu tergambarkan dalam diri DAC maupun Ganesha ITB
dimana kami semua berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Acara kami
lanjutkan dengan sarapan nasi bungkus yang telah kami pesan tadi
malam. Lauknya ada telur, kering tempe, sayur rames, sambal dan kerupuk, sangat
nikmat sekali makan bersama pagi itu apalagi berada langsung di alam terbuka.
Lumayan lama kami bersantai di puncak, mulai dari ngobrol bersama, berfoto ria,
dan juga pelepasan beberapa burung. Pukul 07.00 kami memutuskan untuk turun
sesuai jadwal, selain tidak terlalu molor teman-teman dari ITB juga tidak terlalu
malam saat pulang menuju Bandung. Tidak lupa sampah-sampah yang berserakan kami
bawa turun kembali. Kebersihan dan menjaga kelestarian alam menjadi salah satu
hal penting yang selalu kami tekankan kepada anggota DAC dimanapun berada
terutama saat melakukan pendakian. Perjalanan turun kami lalui dengan lancar
walaupun ada sedikit kejadian ketika salah satu rekan kami mengalami sesak
nafas namun dengan sigap tim first aid memberikan
pertolongan berupa tabung oksigen
portable dan kemudian berangsur membaik. Selama perjalanan turun kami
sering berkomunikasi melalui HT untuk menanyakan posisi dan keadaan anggota.
Sekitar pukul 13.00 rombongan terakhir sampai di parkiran ditemani gerimis
kembali. Beberapa rombongan terdepan sudah kembali menuju GOR Jati PT Djarum
untuk sekadar bersih-bersih ataupun mandi.
Pengibaran Bendera di Puncak
Sarapan Bersama DAC & KMPA Ganesha ITB di Puncak
KMPA Ganesha ITB
KMPA Ganesha ITB
Djarum Adventure Club
Sesampainya di GOR Jati Kudus kami
disambut beberapa rekan yang sudah menunggu. Agenda kali ini adalah ramah tamah
dengan rekan Ganesha ITB. Sambil menikmati hidangan yang disajikan kami
tertawa, ngobrol, melepas lelah bersama setelah rangkaian acara yang cukup
panjang dimulai dari sabtu pagi dan berakhir menjelang minggu sore. Sore itu
tersaji soto dan juga lontong tahu di depan kami dimana keduanya merupakan
makanan khas Kudus. Di sela-sela makan perwakilan dari manajemen PT Djarum
mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada semua peserta atas kelancaran
dan keberhasilanya. Acara dilanjutkan dengan sambutan dari Pembina DAC setelah
itu kesan-kesan dari rekan Ganesha ITB atas acara ini. Menemani akhir acara diputar
video tentang Djarum Adventure Club, dimana didalamnya berisi sejarah berdiri,
kemudian beberapa perjalanan pendakian anggota dan kegiatan pelestarian
lainnya. Sekitar pukul 15.00 bus yang akan membawa mereka menuju Bandung telah
siap. Sesi foto di depan pintu utama GOR Jati PT Djarum menjadi akhir
kebersamaan kami kali ini. Semoga kebersamaan ini akan terus berlanjut sampai
esok. Momen dan kebersamaan yang telah kita lewati bersama diharapkan mampu
menjadi ikatan yang kuat dalam menjalin persaudaraan. Akhir kata terima kasih banyak
untuk rekan-rekan DAC dan KMPA Ganesha ITB. Sampai jumpa kembali di lain kesempatan.
Salam Sobat Super....
Menikmati Hidangan Khas Kudus
Jajaran Penggedhe 😃 (badanya gedhe-gedhe)
Ramah Tamah di GOR Jati Kudus
Foto Bersama di GOR Djarum Jati
No comments:
Post a Comment