Monday, February 4, 2019

Edukasi & Kolaborasi Djarum Adventure Club bersama KMPA Ganesha ITB Dalam Penerapan Berkegiatan Alam (Part 2)

 Pendakian Puncak Natasangin Gunung Muria

         Sore itu dihiasi dengan rintik-rintik hujan. Akupun memilih tidur dan memaksakan mataku untuk terpejam berharap mampu memaksimalkan istirahat setelah seharian mengikuti agenda Djarum Adventure Club bersama KMPA Ganesha ITB. Semakin sore ternyata hujan semakin deras disertai beberapa petir terdengar bersahutan. Sebenarnya masih terasa kantuk, badanpun masih berat untuk meninggalkan kasur. Waktu sudah menunjukan pukul 16.00 dan itu tandanya kami harus bersiap. Kami adalah tim pioneer mungkin dari kata dasar “pion” yang berarti prajurit di depan yang harus maju terus pantang untuk mundur 👍. Dari beberapa pertemuan sebelumnya disepakati akan ada tim pioneer dengan jumlah 3 orang. Tim ini akan melakukan pendakian lebih awal dengan harapan mampu memberikan informasi medan jalan dan juga mengatasi beberapa hambatan yang ada di tengah jalan untuk memperlancar perjalanan tim keseluruhan nantinya. Tujuan pendakian kita kali ini adalah Puncak Natasangin di Gunung Muria. Beberapa titik treknya langsung bersebelahan dengan jurang, selain itu juga terdapat turunan yang cukup curam dan licin apalagi setelah diguyur hujan sehingga kami berfikir untuk memberikan tali sebagai pegangan. Hujan masih saja turun ketika saya mulai bergegas. Bermodalkan motor dan jas hujan kami janjian untuk berkumpul bersama disalah satu minimarket. Sementara untuk 62 peserta lain akan berangkat sekitar pukul 19.00 dan menggunakan mobil fasilitas perusahaan 😭. Setelah berkumpul kami mulai checking dan melengkapi beberapa hal yang belum ada. Hujan turun semakin deras namun hal tersebut tidak menyurutkan niat kami. Beruntungnya kami, di tengah-tengah perjalanan hujan telah berhenti seakan-akan doa kami langsung dikabulkan oleh Tuhan YME 🙇. Akan sangat sulit tentunya apabila hujan masih terus mengguyur sementara keseluruhan peserta mencapai 65 orang. Sekitar pukul 18.00 kami tiba di penitipan motor, kebetulan untuk Puncak Natasangin memang tidak memiliki basecamp. Akan lebih baik jika mulai dikelola masyarakat sekitar, selain sebagai pos registrasi basecamp juga mampu menjadi tambahan pendapatan daerah tersebut mengingat cukup banyak peminat yang mulai mendaki ke puncak ini. Dengan jalur naga yang legendaris sampai dijuluki “Raungnya Jawa Tengah” menjadi magnet tersendiri bagi Gunung yang tergolong mungil ini. Dengan ketinggian sekitar 1700 Mdpl (Wikipedia), kurang lebih membutuhkan waktu 3 jam untuk mencapai puncaknya. Untuk pendakian kali ini kami memilih jalur bebek untuk mencapai puncaknya karena alasan keamanan mengingat banyaknya peserta sehingga estimasi kami 4-5 jam perjalanan menunju puncak.

 Briefing Peserta di Lokasi Parkiran

 Salah Satu Kelompok Pendakian

      Selepas magrib kami memulai perjalanan pendakian sedangkan peserta lainnya sedang melakukan persiapan di kantor pusat PT Djarum Kudus. Banyak pendaki lain yang kami temui saat di parkiran, ada yang berasal dari Pati, Demak, Jepara dan Kudus sendiri. Waktu itu memang malam minggu sehingga banyak remaja yang memilih berakhir pekan di Gunung ini, selain dekat dengan daerah mereka, treknya juga tidak memerlukan waktu yang lama untuk mencapai puncak dan yang pasti tidak membutuhkan uang saku yang banyak untuk kesini hehe. Kami memulai perjalanan dengan pelan dan santai mengingat jalan juga cukup licin setelah diguyur hujan. Di sisi lain rombongan yang berpusat di Jalan A Yani 28 Kudus mulai memacu kendaraan mereka dengan membawa 2 buah bus mini dan 5 buah mobil innova. Melakukan perjalanan pendakian malam hari mempunyai keuntungan sendiri dibandingkan siang hari meskipun beberapa orang mempunyai pendapat dan pilihannya sendiri. Salah satu keuntungan mendaki malam hari adalah hilangnya panas sinar matahari yang membuat dahaga dan terik diganti dengan cahaya bulan terang yang menyinari langkah kita, sesekali bintang-bintang juga menampakan sinarnya dari kejauhan disaat cuaca cerah untuk menemani kita. Trek awal Puncak Natasangin ini berupa semen cor dan dibeberapa titiknya sudah berlumut apalagi ditambah guyuran hujan menyebabkan kami bertiga bergantian terpeleset. Kami berjalan pelan sambil mengatur nafas dan ritme langkah, berhenti cukup lama di Pos 2 dan Pos 3 serta mengaktifkan HT untuk berkomunikasi dengan rombongan dibawah. Kami tim pertama menargetkan 2,5 jam perjalanan dengan harapan nanti di Pondokan/Petilasan bisa bergantian istirahat. Menuju Pos 4 kami sudah melihat lampu-lampu senter berjalan dan mereka memang rombongan kami. Terlihat cukup banyak dan panjang. Sekitar 62 orang terbagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok berisi 10-11 anggota dengan 1 sebagai penanggung jawab kelompok. Masing-masing kelompok berjalan dengan jeda waktu 10 menit. Terlihat cukup rapi dan baik dalam pelaksanaan. Ini semua tidak lepas dari koordinasi bersama yang dilakukan antara Djarum Adventure Club dengan KMPA Ganesha ITB. Selain itu pada kegiatan sebelumnya di Gunung Ungaran juga menjadi salah satu bahan evaluasi kami. Akhirnya setelah berjalan kurang lebih 2,5 jam tim pioneer tiba di Petilasan dimana tempat ini akan dijadikan titik istirahat sebelum melakukan pendakian ke Puncak. Selain tempatnya yang luas, fasilitas yang cukup lengkap juga tersedia warung-warung yang beroperasi sehingga memudahkan kita untuk sekadar pesan minuman penghangat ataupun makanan pengisi perut. Warung-warung disini banyak yang buka saat akhir pekan. Terlebih lagi tanggal 1 Muharram banyak sekali peziarah yang naik ke Gunung ini sehingga semakin banyak warung yang buka. Selama perjalanan awal dari parkiran menuju Petilasan kami belum menemui kesulitan yang cukup berarti sehingga medan jalan masih tergolong aman dan lancar. Sesampainya di Petilasan 2 teman saya memilih melanjutkan istirahat dan tidur. Saya memilih ke warung untuk memesan minuman hangat dan sesekali berkomunikasi lewat HT sambil menunggu kelompok yang datang.

 Peserta beristirahat di Pos 3

         Waktu terus berjalan dan langit masih terlihat mendung gelap. Ada rasa kekhawatiran terhadap rekan-rekan yang masih dijalan, hujan bisa saja turun deras dalam sekejap. Cuaca hari itu memang tidak menentu terlebih lagi kami melakukan pendakian di bulan Desember dimana intensitas hujan cukup tinggi. Setelah menunggu cukup lama kelompok pertama mulai nampak, kulihat jam waktu itu pukul 22.45. Jarak antar kelompok ada yang dekat ada yang cukup jauh, masing-masing memiliki ketahanan fisik yang berbeda. Usia peserta juga bervariasi dari umur 20 sampai 40 tahun. Pukul 24.00 semua peserta telah sampai di Petilasan, setelah melakukan briefing sebentar kamipun beristirahat dan tidur bersama. Seketika para peserta memilih tempat masing-masing mencari posisi paling nyaman bagi mereka. Di area petilasan ini terdapat ruang untuk beristirahat/tidur yang mampu menampung ratusan orang. Namun tetap harus menjaga perilaku dan sopan santun kita, karena banyak diantarannya adalah peziarah yang memang sedang beristirahat ataupun tirakat. Sementara teman-teman yang lain tidur saya masih terjaga bersama 2 rekan yang lain. Kami memilih pergi kewarung untuk konfirmasi perihal pesanan nasi kami kemarin. Sebelumnya kami sudah memesan nasi terlebih dahulu sebanyak 75 bungkus disalah satu warung disini untuk agenda pendakian kali ini. Menunya cukup sederhana, rames dengan telur dilengkapi krupuk dan sambal. Harapan kami pesan nasi di warung atas agar ketika sarapan bersama nanti masih terasa nikmat dan tidak terlalu dingin. Malam semakin larut dan gerimis mulai turun kembali, kami lewati waktu dengan berbagi cerita kesana kemari, suhunya juga dingin sehingga membuatku harus bolak balik buang air kecil 😅. Matapun rasanya sudah mulai diserang kantuk, sekitar pukul 01.00 aku ikut tidur bersama rombongan. Cukup pulas kami semua tertidur di dalam area pondokan Petilasan. Beberapa kali aku sempat terbangun dan diluar terdengar hujan cukup deras, akan menyulitkan perjalanan kami dan tentunya cukup beresiko bila melanjutkan ke Puncak mengingat jumlah peserta yang banyak. Beruntungnya waktu itu, hujan mulai reda sekitar pukul 03.00. Kami semua telah bangun dan bersiap melanjutkan perjalanan. Setelah semua terbagi logistik beserta kelompoknya, rombongan dengan semangat melibas trek yang ada walaupun banyak jalan yang basah dan licin. Ada 2 jalur yang bisa digunakan yaitu jalur bebek dan jalur naga. Sesuai rencana awal kami akan melakukan pendakian lewat jalur bebek. Di tengah perjalanan menuju puncak 2 peserta menyatakan ketidaksanggupan untuk melanjutkan perjalanan. Beberapa anggota kami kemudian mengantarkan mereka kembali menuju pondokan. Setidaknya mereka bisa beristirahat dan banyak warung yang buka apabila membutuhkan minuman hangat. Setelah mengantarkan ke pondokan kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke puncak lagi, kali ini kami memilih jalur naga dengan asumsi akan sampai di puncak bersamaan dengan rombongan awal yang melalui jalur bebek. Jalur naga memang lebih cepat dibandingkan jalur bebek yang harus memutari bukit, namun jalur naga mempunyai trek yang cukup curam dengan lebar jalan yang tidak terlalu besar sementara disampingnya langsung bersebalahan dengan jurang. Dituntut konsentrasi dan kehati-hatian bagi pendaki yang melewatinya.

 Peserta Tidur di Pondokan

 Alas Karpetpun Sudah Cukup Nyaman

 Bersama Salah Satu Pemilik Warung

        Sebelum pukul 06.00 kami semua sudah tiba di puncak, baik itu lewat jalur bebek maupun jalur naga. Meskipun pada awalnya sempat berdebar ketika melewati jalur naga, namun akhirnya kami berempat sebagai orang terakhir dalam rombongan berhasil sampai puncak dengan selamat. Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa semua peserta berhasil sampai dipuncak tanpa hambatan yang cukup berarti dan juga atas nikmat cuaca yang begitu bersahabat sepanjang perjalanan menuju puncak mengingat semalam sempat diguyur hujan deras. Setelah duduk sejenak kami berdiri bersama untuk mengadakan upacara pengibaran Sang Merah Putih diiringi lagu Indonesia Raya. Sangat terasa khidmat sekali, seolah-olah perjuangan kami melewati hujan, dingin, medan jalan yang licin dan menanjak serta rintangan yang lain terbayar dengan indahnya puncak, kebersamaan, dan juga semangat nasionalisme yang tentunya menguras emosianal masing-masing peserta. Setidaknya semangat Nasionalisme dan Persatuan itu tergambarkan dalam diri DAC maupun Ganesha ITB dimana kami semua berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Acara kami lanjutkan dengan sarapan nasi bungkus yang telah kami pesan tadi malam. Lauknya ada telur, kering tempe, sayur rames, sambal dan kerupuk, sangat nikmat sekali makan bersama pagi itu apalagi berada langsung di alam terbuka. Lumayan lama kami bersantai di puncak, mulai dari ngobrol bersama, berfoto ria, dan juga pelepasan beberapa burung. Pukul 07.00 kami memutuskan untuk turun sesuai jadwal, selain tidak terlalu molor teman-teman dari ITB juga tidak terlalu malam saat pulang menuju Bandung. Tidak lupa sampah-sampah yang berserakan kami bawa turun kembali. Kebersihan dan menjaga kelestarian alam menjadi salah satu hal penting yang selalu kami tekankan kepada anggota DAC dimanapun berada terutama saat melakukan pendakian. Perjalanan turun kami lalui dengan lancar walaupun ada sedikit kejadian ketika salah satu rekan kami mengalami sesak nafas namun dengan sigap tim first aid memberikan pertolongan berupa tabung oksigen portable dan kemudian berangsur membaik. Selama perjalanan turun kami sering berkomunikasi melalui HT untuk menanyakan posisi dan keadaan anggota. Sekitar pukul 13.00 rombongan terakhir sampai di parkiran ditemani gerimis kembali. Beberapa rombongan terdepan sudah kembali menuju GOR Jati PT Djarum untuk sekadar bersih-bersih ataupun mandi.
Pengibaran Bendera di Puncak

Sarapan Bersama DAC & KMPA Ganesha ITB di Puncak

KMPA Ganesha ITB

KMPA Ganesha ITB

Djarum Adventure Club

        Sesampainya di GOR Jati Kudus kami disambut beberapa rekan yang sudah menunggu. Agenda kali ini adalah ramah tamah dengan rekan Ganesha ITB. Sambil menikmati hidangan yang disajikan kami tertawa, ngobrol, melepas lelah bersama setelah rangkaian acara yang cukup panjang dimulai dari sabtu pagi dan berakhir menjelang minggu sore. Sore itu tersaji soto dan juga lontong tahu di depan kami dimana keduanya merupakan makanan khas Kudus. Di sela-sela makan perwakilan dari manajemen PT Djarum mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada semua peserta atas kelancaran dan keberhasilanya. Acara dilanjutkan dengan sambutan dari Pembina DAC setelah itu kesan-kesan dari rekan Ganesha ITB atas acara ini. Menemani akhir acara diputar video tentang Djarum Adventure Club, dimana didalamnya berisi sejarah berdiri, kemudian beberapa perjalanan pendakian anggota dan kegiatan pelestarian lainnya. Sekitar pukul 15.00 bus yang akan membawa mereka menuju Bandung telah siap. Sesi foto di depan pintu utama GOR Jati PT Djarum menjadi akhir kebersamaan kami kali ini. Semoga kebersamaan ini akan terus berlanjut sampai esok. Momen dan kebersamaan yang telah kita lewati bersama diharapkan mampu menjadi ikatan yang kuat dalam menjalin persaudaraan. Akhir kata terima kasih banyak untuk rekan-rekan DAC dan KMPA Ganesha ITB. Sampai jumpa kembali di lain kesempatan. Salam Sobat Super....

 Menikmati Hidangan Khas Kudus

 Jajaran Penggedhe 😃 (badanya gedhe-gedhe)

 Ramah Tamah di GOR Jati Kudus

 Foto Bersama di GOR Djarum Jati

No comments:

Post a Comment

DAC’S CAMP LET’S GO

     Berbagi & Bersuka Cita Bersama       Pada kesempatan ini kita akan flashback 9 bulan kebelakang, dimana salah satu progam...