PENDAKIAN ENGKANG-ENGKENG DJARUM ADVENTURE CLUB
Menuju Basecamp Banaran
Memasuki bulan Juli 2018 saya dan beberapa rekan blusukan menyiapkan rencana
blusukan. Kebetulan ada beberapa list nama gunung yang ingin kami tuju sampai
pada akhirnya setelah dipilah - pilah dan ditimbang - timbang terpilih untuk
melakukan pendakian Gunung Sumbing Via Banaran (East Route bahasa bekenya 💂).
Seperti biasa kami berkumpul dan intens berkomunikasi untuk membahas
perlengkapan apa saja yang nantinya kita butuhkan. Hal ini tentunya penting bagi
kita semua yang akan melakukan pendakian terlebih lagi kami pergi dengan 8
orang walaupun mendekati hari H salah satu teman mengundurkan diri dikarenakan
sakit, entah itu sakit gigi atau sakit hati 💔 Hahahah.....Kami semua merupakan karyawan yang tergabung dalam
kelompok super adventure PT Djarum dimana kami adalah sekelompok orang dengan
hobi yang sama. Perjalanan kami mulai dari Kudus dengan 2 armada sehingga bisa
dibilang nyaman kerena lega. Dari Kudus kami start jam 18.30 WIB setelah
berhenti untuk makan malam dan sekadar ngopi di minimarket kami tiba di
Basecamp Sumbing Via Banaran pukul 23.15 diluar prediksi kami yang sempat
terjebak kemacetan cukup parah di daerah Jambu Ambarawa. Untuk akses jalan
menuju BC Banaran cukup mudah dan kendaraan roda 4 bahkan bus minipun bisa
melaluinya mengingat ada rombongan dari Depok yang mencarter bus mini.
Setibanya di BC kami disambut dan dipersilahkan istirahat oleh satgas BC tidak
lupa layanan plus mereka yaitu langsung dihidangkan teh panas dan gratis 💖. Mantap dahhh pokoknya. Sebelumnya saya
juga sudah berkomunikasi dengan salah satu satgas di BC tentang cuaca, kondisi
jalan dan sebagainya. Alangkah baiknya kita mencari tahu kondisi mengenai
tempat yang akan kita tuju entah itu bersumber internet atau bertanya langsung
sebelum melakukan kegiatan tersebut. Waktu sudah mulai malam sehingga kami
putuskan untuk istirahat dahulu.
Pagi itu langit terlihat cerah beberapa pendaki juga sudah berdatangan, padahal
semalam hanya ada rombongan kami di BC. Setelah sarapan dan packing jam 8 pagi
kami mulai pendakian. Jangan lupa untuk regristasi dulu ya sobat super, catat nomor telepon BC dan jika kalian
membawa HT silahkan catat frekuensi BC. Awal perjalanan menuju Pos 0 disediakan
ojek (tidak wajib) dengan tarif 20rb sekali jalan. Menurut saya pribadi memang
cukup jauh melewati pedesaan dan perkebunan yang cukup menanjak dengan jalan
bebatuan jika kita harus jalan kaki, dengan harga yang cukup terjangkau
tersebut saya rasa cukup terbantu dan kita bisa berkontribusi untuk masyarakat
sekitar. Setibanya di Pos 0 kami bertemu dengan petani yang memberi kami pisang
cukup banyak untuk tambahan bekal pendakian. Ada juga petani yang bercerita
tentang kondisi tembakaunya mengingat kami adalah rombongan perusahaan rokok.
Sangat bersahabat dan ramah sekali. Sebelum memulai pendakian kami briefing dan
berdoa dahulu. Hal ini wajib ya teman-teman untuk mengawali sagala
aktivitas kita 😊.
Basecamp
Gunung Sumbing Via Banaran
Pos
0 - Pos 1
Mungkin awal perjalanan ini paling berat dan menguras tenaga ketika kita
melalui jalur ini. Kita nantiakan bertemu escalator legend yang mesinya rusak
ckckckck. Awal perjalanan akan disambut dengan hamparan ladang tembakau
penduduk, setelah berjalan 20 menitan kita akan menemukan bangunan shelter yang
diberi nama DongBanger kebetulan sumber air disini mati mengingat saat itu
sedang musim kemarau. Perjalanan awal memang cukup berat karena kita masih
perlu adaptasi langkah kaki, ritme nafas kita dan beban hidup 😭 upsss beban tas pundak kita
maksudnya. Kami disambut pendaki cewek
asal Depok yang dapat jackpot (😭😥��😶
muntah2) di DongBanger hahahaha.
Pelan tapi pasti kami terus berjalan dan semuanya masih diam membisu (nyari ritme langkah dan atur nafas masing2),
yang suka ngebanyol masih pura2 jaim kalo kaya gini Hahahaha. Hampir satu jam kami berjalan tibalah di Gerbang
Pendakian Sumbing East Route ini (lha
terus daritadi jalan apaan emangnya 😄).
Eng ing eng.... setelah gerbang tersebut tibalah kita pada titik penghabisan
Hahahaha. Eskalator legend sudah menyambut kami, tangga-tangga kayu yang
tersusun rapi siap kami lahap.Terasa tak berujung dan masih jauh di pandangan (dalam hati hanya bisa bergumam kapan usai). Pukul
09.30 kami sampai di warkop Ganesari namun sayangnya warkop tersebut sedang
tutup. Cukup luas sebenarnya warkop tersebut dan terkenal dengan
aneka gorengan serta semangkanya. Disini kita bisa beristirahat, ada mushola
kecil, kamar mandi, dan sumber air serta disini kami bertemu teman baru yang
kebetulan berasal dari Kudus juga. Badan sudah penuh keringat dan pakaian mulai
basah sehingga kami beristirahat sejenak dan melepas baju untuk sekadar
dijemur. Lanjut perjalanan dan tangga kayu masih saja belum berlalu, bagi temen
- temen akan lebih baik bila siap sedia pereda nyeri entah itu salep oles atau
balsam ataupun minyak oles. Beberapa kali kami berpapasan dengan ibu-ibu
penduduk setempat yang membawa kayu turun, salut luar biasa sekali 4 jempol
untuk mereka rasanya beban hidup saya ehhhh beban tas saya tak seberapa bila
dibandingkan dengan tumpukan kayu yang mereka bawa. Selalu sapa dan dahulukan
mereka sob bagaimanapun juga kita adalah tamu dan alangkah lebih baiknya bila
kita yang mengawali. Untuk berbuat baik kita tidak perlu melihat kapan, dimana,
dengan siapa sob. Waktu menunjukan 10.15 dan kami telah tiba di Pos 1
Seklenteng. Disini ada shelter untuk berteduh. Kami memilih duduk santai
bersandar di pepohonan sambil membuka beberapa bekal dan tidak lupa mata masih
tertuju pada jalanan tangga di depan sana. (perjuangan
belum berakhir kawan hosh...👊)
Pos 0
Merupakan Batas Ojek
Memasuki
Gerbang Pendakian
Warung Kopi
Pos
1 - Pos 2
Menuju Pos 2 jalan yang dilalui masih sama yaitu berupa tangga kayu yang tak
berujung namun kami sudah terbiasa sepertinya dengan trek ini. Satu persatu
anak tangga kami lahap. Kadang kami harus berhenti sejenak untuk sekadar
meluruskan kaki yang mulai berasa jarem dan pegel - pegel. Tangga - tangga ini
pasti belum seberapa bila dibandingkan dengan kehidupan rumah tangga besok (mensugesti diri sendiri). Sekitar 1 jam
akhirnya kami tiba di Pos 2, disini ada shelter dan pohon besar yang rimbun dan
akarnya banyak. Pos 2 ini bernama Iwel - iwel. Selama perjalanan awal ini
rombongan kami masih kompak bersama dalam artian jarak antar personil tidak
terlalu jauh dan masih bisa terlihat. Untuk antisipasi apabila berpisah antar
personil ada baiknya dilengkapi dengan Handy
Talkie atau dibagi siapa yang menjadi leader dan sweeper dalam barisan.
Pos 1
Eskalator
Legendaris
Pos
2 - Pos 3
Meninggalkan Pos 2 jalanan tangga sudah tidak terlalu intens, vegetasi khas
gunungpun sudah mulai memenuhi dikanan kiri. Pepohonan yang menghasilkan bunyi
ketika tertiup angin suaranya sungguh menentramkan hati serasa terbius oleh
alam tentunya sambil menghirup udaranya yang segar. Bagi saya pribadi hal-hal
seperti inilah yang seolah-olah menjadi sirkulasi oksigen didalam tubuh setelah
penuh dengan polusi dan rutinitas dikota. Setelah berjalan 90 menit kami tiba
di Pos 3 Punthuk Barah dan disini juga terdapat shelter. Di belakang serta
samping shelter terdapat tanah lapang untuk menampung 6-7 tenda. Kami putuskan
untuk isoma disini sambil membuka kembali beberapa bekal yang ada, meregangkan
kaki dan mengolesi dengan salep karena tadi kaki saya sempat kram dan cukup
jarem. Mantap pokoknya sambutan demi sambutan Sumbing Via Banaran ini.
Pos 3
Cukup Luas
Pos
3 - Pos 4
Ketika tiba di Pos 3 ada 1 tenda kosong
yang sepertinya ditinggal summit pemiliknya waktu itu. Sebenarnya masih
cukup jauh untuk menuju puncak jika kita akan mendirikan tenda disini. Sekitar
4-5 jam menuju Puncak Rajawali, cukup menyulitkan juga untuk melewati Watu
Ondho ketika kondisi gelap. Jika memang kondisi masih memungkinkan akan lebih
baik jika melanjutkan perjalanan menuju Pos 4 walaupun treknya cukup panjang
namun sudah tidak ditemukan lagi eskalator - eskalator hehehe. Jalanan menuju
Pos 4 terus menanjak dan ditemani
rimbunya pohon mandingan. Beberapa bebatuan juga terdapat dijalanan
sehingga bagi pengguna sandal diharap lebih berhati-hati. Jangan lupa juga
untuk memakai masker kalau perlu double mengingat ketika musim kemarau jalan di
jalur Sumbing ini sangat berdebu atau nanti juga bisa kalian gunakan untuk
mengantisipasi bau belerang jika ingin berfoto-foto di sekitar kawah dan ingat
tetap harus hati-hati. Sedikit demi sedikit berjalan dan diselingi istirahat
sejenak akhirnya rimbunya pohon mulai berkurang, vegetasi mulai terbuka
tebing-tebing nampak di kejauhan sana, Watu Ondho yang merupakan pertanda dekat
Pos 4 juga sudah kelihatan. Kami berhenti sejenak menunggu sambil komunikasi
lewat HT dengan beberapa anggota dibelakang. Setelah dirasa semuanya siap kami
kembali melanjutkan menuju Watu Ondho. Disini kita akan sedikit melakukan
pemanjatan dimana ada 2 buah batu besar yang akan kita lewati. Sebenarnya dari
Tim Basecamp sudah memberikan tali dan rantai permanen yang dikaitkan untuk
pegangan para pendaki. Bagaimanapun juga kita harus tetap hati-hati saat
memijakan kaki dan pegangan tangan apalagi membawa beban hidup 👀
eh maksudnya beban tas dipunggung. Mungkin inilah kenapa dinamakan Watu (Batu)
Ondho (tangga). Di sebelah kiri memang jurang yang cukup dalam sehingga kita
harus tetap waspada. Kita semua saling koordinasi dan saling membantu dengan
pendaki lain juga agar bisa naik keatas. Usut punya usut salah satu dari
anggota kami tidak diijinkan oleh istrinya setelah googling tentang jalur
Banaran ini hehehe. Tidak sampai 10 menit berjalan kita sudah tiba di camp area
Pos 4. Disini mampu menampung sekitar 20 tenda tetapi yang perlu diwaspadai
adalah apabila terjadi badai mengingat area
ini sangat jarang pohon dan cukup terbuka. Kami tiba di Pos 4 ini pukul 15.30.
Beberapa tenda sudah ada yang berdiri bahkan sejak kemarin. Kami langsung
bergegas memasang tenda berhadapan dan flysheet kami bentangkan diantara tenda
untuk ruang memasak di tengah. Setelah bongkar-bongkar, bersih-bersih dang
ganti baju kami mulai memasak sambil nyemil beberapa perbekalan. Menu pertama
kita hari ini ada nasi, sop, sosis, telur, tahu bakso, dan sarden. Untuk
minumnya ada yang memilih kopi, susu, jahe. Tidak lupa buah juga tersaji di
hidangan kami. Sungguh nikmat setelah seharian berjalan bergelimpangan hehehe.
Pokoknya makan enak tidur enak Hahaha. Rasanya menu ini cukup bahkan lebih
untuk memulihkan tenaga kami dan membuat tidur kami nyenyak. Beberapa anggota
memilih tidur lebih awal sementara saya dan 2 kawan saya memilih bermain kartu
dan bersantai dahulu. Jam 21.00 terdengar suara cukup rame diluar, ternyata
rombongan dari Depok yang di awal tadi sempat bertemu baru sampai. Kamipun
berinisiatif membantu mereka mendirikan tenda. Di sisi lain salah satu teman
kami sulit tidur dan terasa pengap di tenda serta sedikit sesak nafas namun
semuanya berangsur membaik dan akhirnya bisa tidur. Namun cukup disayangkan
sekitar jam 1 ada rombongan yang dengan keras sekali memainkan speaker aktif
dengan lagu remix yang menghentak. Sangat mengganggu pendaki lain tentunya
apalagi jam-jam tersebut adalah jamnya istirahat. Kami harap hal buruk tersebut
tidak ditiru oleh pendaki lainya.
Menaiki
Watu Ondho
Camping di Pos 4
Menuju Puncak Impian di
Hati.........
Sebenarnya malam itu saya kurang nyenyak tidur karena gangguan-gangguan diluar
apalagi saya cukup sensitive dengan suara-suara ketika tidur. Dalam hati saya
kalau tidak ada anggota yang bangun ngopyaki untuk summit saya sangat setuju
dan lanjut tidur ahahaha. Pukul 02.00 teman-teman ternyata sudah bangun,
memasak air dan roti bakar untuk asupan awal tenaga kami menuju summit pagi
ini. Waktu menunjukan pukul 03.00. Persiapan selesai dan kami meninggalkan
tenda serta beberapa barang bawaan. Jangan lupa untuk selalu membawa
barang-barang yang penting/berharga jangan sampai teringgal di tenda untuk
mewaspadai ulah tangan-tangan jahil. Setelah tertidur beberapa jam maka kita
akan beradaptasi kembali melakukan perjalanan menuju puncak ini. Mengatur ritme
langkah kaki dan nafas lagi di tengah dinginya pagi buta memang cukup berat
karena kita juga melawan capek dan kantuk namun semuanya akan terasa ringan
bila kita bisa selalu kompak. Trek menuju puncak tergolong cukup mudah dengan
pijakan tanah yang empuk dan beberapa kali terdapat jalan datar (bonus). Angin
malam itu juga tidak terlalu besar sehingga kehangatan kebersamaan kami mampu
mengalahkan dinginya malam itu...Asyikkkk ahh...Setelah berjalan 1 jam lebih
kami berada diantara tebing layaknya pintu masuk dimana didepan terlihat segoro
wedhi yang lebih dikenal dengan padang sabananya yang luas. Tempat ini sangat
indah hamparan sabananya menyihir siapa saja yang berada disana. Darisini nanti
kita akan ambil arah kanan sedikit menaiki bukit kemudian akan sampai pada
tanah datar dimana akan ada arah petunjuk jika tetap lurus menuju kawah
belerang dan Puncak Butuh (Via Garung), jika kekanan Puncak Sejati (Via
kaliangkrik) dan kekiri Puncak Rajawali dimana adalah puncak tertinggi
3371Mdpl. Kami sepakat memilih Puncak Rajawali, perjalanan waktu itu masih
cukup gelap jadi tetap hati-hati karena beberapa jalan berupa bebatuan tebing. Jalan
menuju Puncak Rajawali juga cukup terjal bahkan melewati celah sempit dimana
samping kanan berhadapan langsung dengan jurang jadi tetaplah waspada dan
komunikasi antar tim agar mudah koordinasi. Mendekati Puncak Rajawali kita akan
dimanjakan dengan pemandangan Gunung Sindoro yang nampak gagah diseberangnya.
Akhirnya sekitar pukul 06.00 kami sampai di Puncak Rajawali 3371 Mdpl. Seluruh
anggota tim berhasil walaupun sempat satu kawan kami ingin berhenti melihat
medan yang dilalui. Setelah diyakinkan oleh kawan-kawan akhirnya setuju lanjut
dan hasilnya terbayarkan ketika semua berada di Puncak. Pemandangan yang
sungguh luar biasa. Nikmat Tuhan yang tiada tara, anugerah alam untuk
Indonesia. Kami berfoto bersama, mengganti bendera yang usang dan dicoret-coret
serta melakukan penghormatan sebelum turun. Setelah puas menikmati dan berfoto
kami putuskan turun pukul 07.15 dan tiba kembali di Camp area Pos 4 pukul
10.00.
Sunrise
Puncak Rajawali
Puncak
Rajawali
Nampak
Gunung Sindoro di Belakang
Jalan
Turun Dari Puncak
Persimpangan
Sebelum Puncak
Sabana dan
Tebing di Sepanjang Jalan
Padang
Sabana Segoro Wedhi
Padang
Sabana Segoro Wedhi
Samudera
Awan
Pos 4
Lokasi Camping
Perjalanan
Turun ke Basecamp
Sebenarnya menu setelah turun dari puncak adalah soto namun sayang ketika turun
tadi kami lupa untuk mengambil air di sumber air dekat Pos 4 😭. Sumber air ini mengharuskan kita
naik sekitar 15 menit dari Camp area. Dikarenakan hanya tersisa air untuk minum
ketika turun, akhirnya kami memilih packing dan mengganjal perut dengan
beberapa camilan yang ada. Waktu menunjukan pukul 11.10 dan semuanya sudah
berkemas. Perjalanan turun memang lebih cepat apabila dibandingkan dengan naik.
Di beberapa trek debunya banyak berhamburan dan juga kami harus menuruni anak
tangga yang merupakan ciri khas Sumbing Via Banaran ini. Kami tiba di Basecamp
pukul 14.40 tentunya menggunakan jasa ojek ketika di Pos 0. Kita bisa kontak
Basecamp untuk yang satu ini. Makan siang, mandi dan semuanya telah lengkap
kami berdoa dan berpamitan dengan tim Basecamp. Perjalanan yang mengesankan
menjadikan kenangan tersendiri bagi setiap anggota. Semuanya lancar dan selamat
sampai akhir. Puji syukur Kehadirat Yang Maha Kuasa. Terimakasih kepada seluruh
anggota tim yang solid, teman-teman BC Banaran, teman-teman pendaki yang sempat
bertemu dan semuanya. Sampai jumpa diperjalanan berikutnya. Bagaimanapun juga
keselamatan yang utama, keluarga kita selalu menunggu dirumah karena merekalah
Puncak kebahagiaan sesungguhnya. Salam Lestari Jayalah Negeriku.
DAC Team
Estimasi
Perjalanan
Regristrasi : 10.000/orang
Jasa Ojek : 20.000 sekali
jalan tetapi jika memilih jalan kaki sekitar 2km
BC – Pos 0 : 15 menit
Pos 0 – Pos 1 : 120 menit
Pos 1 – Pos 2 : 60 menit
Pos 2 – Pos 3 : 90 menit
Pos 3 – Pos 4 : 150 menit
Pos 4 – Puncak
Rajawali : 180 menit
Nb : Untuk yang
lupa melengkapi perlengkapan/bekal logistik yang kurang di dekat BC tepatnya di
warung Bu Siti cukup lengkap menyediakan kebutuhan pendaki.
Untuk yang
ingin menggunakan transportasi umum bisa mencarter kendaraan/menghubungi BC
karena akses angkutan dari jalan utama cukup terbatas
No comments:
Post a Comment